Senin, 03 Juni 2013
Rabu, 15 Mei 2013
Pembuatan keputusan berdasarkan etik keperawatan (Ethical Decision Making)
a. Langkah- Langkah EDM
CARA KERJA EDM
cara kerja EDM fase pertama
Ketika jumlah partikel bermuatan meningkat, sifat isolator dari cairan dielektrik menurun sepanjang tengah jalur sempit pada bagian terkuat di daerah tersebut. Tegangan meningkat hingga titik tertinggi tetapi arus masih nol.
cara kerja EDM fase kedua
Arus mulai muncul ketika cairan berkurang sifat isolatornya menjadi yang paling kecil. Beda tegangan mulai menurun
Cara kerja EDM fase ketiga
Panas
muncul secara cepat ketika arus listrik meningkat dan tegangan terus
menurun drastis. Panas menguapkan sebagian cairan, benda kerja, dan
elektrode, serta jalur discharge mulai terbentuk antara elektrode dan benda kerja.
Cara kerja EDM fase keempat
Gelembung uap melebar ke samping, tetapi gerakan melebarnya dibatasi oleh kotoran-kotoran ion di sepanjang jalur discharge. Ion-ion tersebut dilawan oleh daerah magnet listrik yang telah timbul. Arus terus meningkat dan tegangan menurun.
Cara kerja EDM Fase kelima
Sebelum
berakhir, arus dan tegangan menjadi stabil, panas dan tekanan di dalam
gelembung uap telah mencapai ukuran maksimal, dan sebagian logam telah
dihilangkan. Lapisan dari logam di bawah kolom discharge pada kondisi mencair, tetapi masih berada di tempatnya karena tekanan dari gelembung uap. Jalur discharge sekarang
berisi plasma dengan suhu sangat tinggi, sehingga terbentuk uap logam,
minyak dielektrik, dan karbon pada saat arus lewat dengan intensif
melaluinya.
Cara kerja EDM Fase keenam
Pada
akhirnya, arus dan tegangan turun menjadi nol. Temperatur turun dengan
cepat, tabrakan gelembung dan menyebabkan logam yang telah dicairkan
lepas dari benda kerja.
Cara kerja EDM Fase ketujuh
Cairan
dielektrik baru masuk di antara elektrode dan benda kerja,
menyingkirkan kotoran-kotoran dan mendinginkan dengan cepat permukaan
benda kerja. Logam cair yang tidak terlepas membeku dan membentuk
lapisan baru hasil pembekuan (recast layer).
Cara kerja EDM Fase kedelapan
Logam
yang terlepas membeku dalam bentuk bola-bola kecil menyebar di cairan
dielektrik bersama-sama dengan karbon dari elektrode. Uap yang masih ada
naik menuju ke permukaan. Tanpa waktu putus yang cukup, kotoran-kotoran
yang terbentuk akan terkumpul membentuk percikan api yang tidak stabil.
Situasi tersebut dapat membentuk DC arc, yang mana dapat merusak elektrode dan benda kerja.
Cara kerja EDM Fase kesembilan
Penjelasan
di atas hanyalah satu siklus yang muncul pada satu waktu tertentu.
Apabila siklus tersebut dipahami maka akan dapat dikendalikan jangka
waktu dan intensitas dari pulsa ON/OFF yang membuat EDM bekerja dengan
baik
- Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
- Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
- Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan.
- Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 50 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Pemerintah Daerah.
- Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan.
- Peraturan lain yang relevan dengan implementasi delapan standar nasional pendidikan.
Aspek hukum dalam keperawatan
Delegasi adalah sebuah seni dalam prektek keperawatan yang
professional
manajemen
keperawatan benar-benar suatu seni. apakah seorang
manajer yang berpengalaman atau yang
baru direkrut untuk posisi profesional
pertama, perawat terdaftar
jarang bekerja sendirian. sifat
interdisipliner dan interaktif keperawatan panggilan untuk menyulap aplikasi kreatif
seni keperawatan keterampilan
untuk pengiriman perawatan kesehatan
saling dimulai dengan perawatan pasien langsung dan dapat berujung dalam
mengarahkan kelompok besar atau
organisasi.
Tekanan
keuangan dalam dan di luar lembaga kesehatan, pengurangan
penggantian Medicare, managed care, dan gaji profesional
menciptakan kebutuhan yang lebih besar
untuk peningkatan delegasi.
Praktek keperawatan yang ideal menggabungkan tingkat keterampilan banyak petugas kesehatan dengan tujuan untuk perawatan pasien, namun dalam definisi hukum dan
kesadaran fiskal. Untuk mencapai kedua tujuan perawatan pasien dan tujuan dari pengusaha,
RN berencana untuk memperluas ruang lingkup nya praktek
melalui pendelegasian tugas.
Delegasi tidak hanya
sebagai keterampilan manajemen,
tetapi juga sebagai isu etika bagi
perawat. Kode Etik
Perawat (American Nurses Association, 2001) mendukung
delegasi yang
mana,
perawat bertanggung jawab dan akuntabel untuk praktik keperawatan individu dan menentukan delegasi yang
sesuai tugas sesuai dengan
kewajiban perawat untuk
memberikan perawatan pasien yang
optimal "Dalam kesehatan.
sistem, perawat dapat
mendelegasikan ke teknisi, tertib, seorang asisten manajemen, atau
perawat lain.
Dewan Nasional
Dewan Negara Keperawatan (NCSBN, 1995) memandang delegasi
sebagai "mentransfer individu yang kompeten, memberikan kewenangan
untuk melakukan tugas keperawatan yang dipilih dalam situasi tertentu. Perawat mempertahankan akuntabilitas
untuk delegasi "Pentingnya
delegasi dalam penyampaian asuhan keperawatan ditekankan pada panduan studi NCLEX-RN dalam topik kepemimpinan, staf, dan
komunikasi (NCSBN, 2004)
Komponen
Delegasi
Delegasi kepada orang lain di tempat kerja melibatkan empat komponen utama:
Delegasi kepada orang lain di tempat kerja melibatkan empat komponen utama:
Delegator,
delegasi, tugas, dan klien atau situasi
- Delegator
Delegator adalah seseorang yang memiliki wewenang untuk
medelegasikan berdasarkan
kedua posisi dalam lisensi instansi pemerintah dan negara untuk melakukan tugas tertentu. Lisensi
mendefinisikan lingkup praktek dalam profesi, sedangkan kebijakan lembaga
menjelaskan peran karyawan. Tingkat RN,
lisensi, dan kebijakan menciptakan kewenangan untuk mendelegasikan kepada individu lain di tempat kerja. Akhirnya, delegasi tidak mengubah akuntabilitas delegator atau tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas. Kedua
konsep berarti bahwa delegator hanya dapat
mendelegasikan tugas dalam ruang lingkup praktek
dan tanggung jawab untuk penyelesaian terampil tugas tetap dengan
delegator tersebut.
- Delegate
Delegate
adalah seseorang yang menerima arahan
apa yang harus dilakukan dari delegator tersebut. Hubungan
antara dua individu yang ada
dalam lingkungan tempat kerja atau melalui kebijakan lembaga. Delegate
memiliki kewajiban untuk menolak untuk menerima tugas-tugas yang
berada di luar atau pelatihannya,
kemampuannya, atau deskripsi pekerjaan. Seorang
delegate yang telah terlatih harus
memiliki keterampilan
yang berhubungan dengan lingkungan kerja,
tetapi delegator bertanggung
jawab untuk mengetahui tingkat
kinerja delegatenya masing-masing
- Tugas
Tugas
adalah aktivitas yang didelegasikan.
Kegiatan yang
didelegasikan
umumnya harus menjadi tugas rutin. Rata-rata
rutin 346
Keterampilan untuk menjadi tugas
manajer
yang efektif
dan memiliki
hasil yang
dapat diprediksikan, dan
metode langkah-demi-langkah
yang ada untuk menyelesaikan tugas.
Pengambilan keputusan pada bagian dari delegate untuk
tugas-tugas yang didelegasikan terbatas
pada bagaimana mengatur waktu dan
menyelesaikan tugas dengan pasien
yang berbeda atau variasi dalam peralatan. Prosedur untuk tugas ditemukan dalam manual pelatihan untuk keterampilan mengajar
- Klien atau situasi
Pentingnya identifikasi klien atau
situasi tertentu untuk asuhan keperawatan yang telah didelegasikan. Hal ini diperlukan
untuk memastikan bahwa tujuan untuk
perawatan pasien dapat dipenuhi
oleh delegate tersebut. Situasi
akrab dan lingkungan meningkatkan keamanan klien dan kinerja kompetensi tugas
apapun. Bahkan jika klien
dan tugas yang diberikan sudah biasa, namun situasi yang baru memerlukan
orientasi.
Perawatan klien yang spesifik
mendorong keberhasilan dengan kinerja tugas yang dilegasikan. Delegasi bukanlah
suatu hal yang mudah dan sederhana. Delegasi merupakan sebuah kegiatan untuk
membuat orang lain melakukan aktivitas untuk mencapai tujuan yang spesifik dari
klien atau organisasi. Delegasi yang sukses berarti
bahwa perawat memahami
praktik keperawatan, mengetahui keterampilan praktek keperawatan UAP, mengidentifikasi
tugas, menjelaskan tujuan untuk perawatan klien, memperkuat delegasi, memberikan
kewenangan, mendorong komunikasi, dan memberikan
umpan balik.
Di sisi lain, tujuan organisasi berhubungan
dengan menyediakan layanan
hemat biaya untuk membantu memenuhi
tujuan perawatan klien.
Kesadaran
akan hak, manfaat,
dan perangkat delegasi membantu Anda mengenali bagaimana bekerja melalui orang lain dengan kepercayaan dan keyakinan yang lebih besar.
“Benar”
dalam delegasi
- Orang yang tepat (right person)
Mencocokan tujuan perawatan klien yang spesifik dengan
seseorang yang akan diberikan kepercayaan dan tanggung jawab yang sesuai.
- Tugas yang tepat (right task)
Meninjau semua tugas untuk pendelegasian agar
memastikan bahwa personel menerima tingkat yang sesuai dari delegasi.
- Keadaan yang tepat (right circumstances)
Keadaan
yang tepat untuk delegasi adalah setiap kali tugas dapat diselesaikan tepat
oleh UAP atau
setiap kali kesempatan muncul untuk pendidikan perawat lain dalam pengalaman klinis atau manajerial.
- Arahan yang tepat (right direction)
Arahan yang jelas, akurat, dan disampaikan secara
tertulis adalah arahan yang terbaik untuk delegasi. Bila informasi tertulis
maupun lisan diterima dengan baik, lebih besar kemungkinan bahwa komunikasi
akan dipahami.
- Pengawasan yang tepat (right supervision)
Sama
halnya
seperti
pelatihan merupakan komponen penting dari keputusan delegasi, pengawasan personil
sangat penting untuk menjamin keamanan dan kelengkapan perawatan klien.
Mengkaji
tentang Kekerasan terhadap perempuan diperlukan suatu batasan yang
jelas tentang pengertian kekerasan itu sendiri. Hal itu perlu dirumuskan
sehubungan dengan upaya perlindungan kekerasan terhadap perempuan harus mencapai sasaran suatu tertentu, yang dikaitkan dengan faktor penyebab.
Herkutanto,
dalam “Kekerasan terhadap Perempuan Dan Sistem Penegakan Hukum Pidana,
Pendekatan dari Sudut Pandang Kedoktoran” yang dikutip dari Black’s Law Dictionary” terdapat beberapa pengertian Kekerasan terhadap orang lain, yaitu Violence (kekerasan) dapat diartikan sebagai berikut [1] :
1. Unjust or unwarranted exercise of force with the accompaniment of vehemence or fury.
2. Physical
force unlawfully exercised; abuse of force; that force is employed
against common rights, against laws, and against public liberty.
3. The exertion of any physical force so as to injure, damage or abuse.
Pengetian Battery adalah :
“Criminal
battery, defined as the unlawful application of force to the person or
anodher, may be divided into its three basic elements :
1. The defendant’s conduct (act or omission).
2. His mental state” which may be intent ti kill or injure, or criminal negligence, or perhaps the doing of an unlawfull act.
3. The harmfull result to thevictim, which maybe a bodily injury or an affensive touching.
Pengetian Assault adalah
“Any willfur attempr or threat to inflict injury upon the person of another…”.
“Any
intentional display of force such as would give the victim reason to
fear or expect immediate bodily haram”. “an assault may be committed without actually fouching, or striking, or doing bodily harm, to the person or another”.
Kata battery ini sering dikombinasikan dengan “assault anda battery” Pengertian assault and battery [2] adalah :
“Any unlawful touching or another which is without justification or exuse”.
Berdasarkan pengertian di atas, terminiologi kekerasan terhadap perempuan memilki ciri tertentu bahwa tindakan tersebut [3]:
1. Dapat berupa fisik maupun non fisik (psikis);
2. Dapat dilakukan secara aktif maupun dengan cara pasif (tidak berubah);
3. Dikehendaki/diniati oleh pelaku;
4. Ada akibat/kemungkinan akibat yang merugikan pada korban (fisik atau psikis) yang tidak dikehendaki oleh korban.
Berdasarkan
definisi-definisi tersebut dapat dirumuskan Kekerasan terhadap
perempuan adalah tindakan atau sikap yang dilakukan dengan tujuan
tertentu sehingga dapat merugikan perempuan baik secara fisik maupun
secara psikologis.
Hal
penting lain bahwa kekerasan terjadi dengan cara kebetulan tidak
dikatagorikan sebagai kekerasan walaupun menimbulkan kerugian pada
perempuan.
Kekerasan
terhadap perempuan adalah setiap perbuatan berdasarkan perbedaan jenis
kelamin yang berakibat kesengsaraan atau penderitaan perempuan secara
fisik, seksual, atau psikologis, atau ancaman tertentu, pemaksaan atau
perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang, baik yang terjadi di
depan umum maupun kehidupan pribadi. Dalam Deklarasi Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan Pasal 1[4].
Confidentiality atau kerahasiaan adalah pencegahan bagi
mereka yang tidak berkepen-tingan dapat mencapai informasi . Secara umum
dapat disebutkan bahwa kerahasiaan mengandung makna bahwa informasi
yang tepat terakses oleh mereka yang berhak ( dan bukan orang lain),
sama analoginya dengan e-mail maupun data-data perdagangan dari
perusahaan.
Informed consent adalah
suatu proses yang menunjukkan komunikasi yang efektif antara dokter
dengan pasien, dan bertemunya pemikiran tentang apa yang akan dan apa
yang tidak akan dilakukan terhadap pasien. Informed consent dilihat dari
aspek hukum bukanlah sebagai perjanjian antara dua pihak, melainkan
lebih ke arah persetujuan sepihak atas layanan yang ditawarkan pihak
lain.[1]
Definisi
operasionalnya adalah suatu pernyataan sepihak dari orang yang berhak
(yaitu pasien, keluarga atau walinya) yang isinya berupa izin atau
persetujuan kepada dokter untuk melakukan tindakan medik sesudah orang
yang berhak tersebut diberi informasi secukupnya.[2]
Issue etik Keperawatan
A. Keperawatan Jiwa
Proses KeperawatanProses keperawatan adalah suatu pendekatan penyelesaian masalah yang sistematis dalam pemberian asuhan keperawatan. Kebutuhan dan masalah klien merupakan titik sentral dalam proses penyelesaian masalah ini.
Menurut Craven dan Hirnle (2000) proses keperawatan merupakan suatu panduan untuk memberikan asuhan keperawatan professional, baik untuk individu, kelompok, keluarga dan komunitas. Berdasarkan prinsip inilah, tim pengembang modul ini menyusun pedoman pemberian asuhan keperawatan di ruang MPKP yang dapat diterapkan baik pada individu pasien, kelompok pasien, individu keluarga, dan kelompok keluarga pasien.
Selanjutnya, Craven dan Hirnle (2000) menyatakan bahwa proses keperawatan memiliki enam fase yaitu: pengkajian, diagnosa, tujuan, rencana tindakan, implementasi, dan evaluasi. Pada ruang MPKP tim pengembang modul memasukkan tujuan kedalam fase diagnosa sehingga proses keperawatan diruang ini terdiri dari lima fase, yaitu; pengkajian, diagnosa, rencana tindakan, implementasi, dan evaluasi.
Untuk pengkajian telah disusun suatu format beserta panduan pengisian format tersebut. Rencana keperawatan yang mencakup diagnosa, tujuan dan rencana tindakan keperawatan dibuat standarnya berdasarkan ketujuh masalah keperawatan utama yang telah disebutkan sebelumnya. Sedangkan untuk implementasi telah disusun panduan tindakan keperawatan per masalah keperawatan dengan menetapkan paket tindakan keperawatan pada tiap pertemuan dengan pasien sebanyak tujuh buah masalah keperawatan. Format evaluasi telah dibuat dan ditujukan untuk menilai kemampuan pasien setelah diberikan tindakan keperawatan sesuai dengan masalah keperawatan yang dimiliki.. Format evaluasi untuk perawat juga dibuat untuk menilai kemampuan perawat dalam memberikan tindakan keperawatan sesuai dengan masalah keperawatan pasien.
1. Pedoman Pengkajian
Dalam keperawatan, pengkajian merupakan pengumpulan data subyektif dan obyektif secara sistematis dengan tujuan membuat penentuan tindakan keperawatan bagi individu, keluarga dan komunitas (Craven & Hirnle, 2000). Oleh karena itu dibutuhkan suatu format pengkajian yang dapat menjadi alat bantu perawat dalam pengumpulan data.
Format pengkajian di ruang MPKP meliputi aspek-aspek identitas pasien, alasan masuk, factor predisposisi, fisik, psikososial, status mental, kebutuhan persiapan pulang, mekanisme koping, masalah psikososial dan lingkungan, pengethaun, dan aspek medik (lihat lampiran 1). Format pengkajian ini dibuat agar semua data relevan tentang masalah pasien saat ini, yang lampau, atau yang potensial didapatkan sehingga diperoleh suatu data dasar yang lengkap.
2. Pedoman Rencana Tindakan Keperawatan
Pedoman rencana keperawatan mencakup perumusan diagnosa, tujuan umum dan khusus, dan juga rencana tindakan yang telah distandarisasi oleh tim pengembangan ruang MPKP.
Diagnosa keperawatan yang ditetapkan adalah sebagai berikut:
1. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
2. Isolasi sosial
3. Gangguan sensori persepsi: halusinasi
4. Perubahan proses pikir: waham
5. Resiko Perilaku kekerasan
6. Resiko bunuh diri
7. Defisit perawatan diri.
3. Pedoman Tindakan Keperawatan Pada Individu Pasien dan Keluarga
Tindakan keperawatan atau implementasi merupakan suatu tindakan yang dilakukan langsung kepada klien, keluarga, dan komunitas berdasarkan rencana keperawatan yang dibuat.
Berdasarkan manajemen asuhan keperawatan maka perlu dilakukan sistem klasifikasi pasien dalam pemberian asuhan keperawatan. Sistem ini dikembangkan untuk meyakinkan adanya pelayanan prima yang berfokus pada pelayanan pelanggan. Dengan system ini dikaji kebutuhan pasien terhadap pelayanan keperawatan dan dirancang pemenuhan kebutuhannya melalui standar pelayanan dan asuhan keperawatan. Diruang MPKP klien diklasifikasikan berdasarkan tingkat kebutuhannya terhadap indakan keperawatan. Klasifikasi ini terdiri dari:perawatan total, parsial, dan mandiri.
Menurut Gillies (1995) rata-rata pasien membutuhkan perawatan sehari selama empat jam dengan rincian sebagai berikut:
1. Self care: kurang dari 2 jam
2. Minimal care: 2 jam
3. Moderate care: 3,5 jam,
4. Extensive care: 5-6 jam
5. Intensive care: 7 jam
Berdasarlan rincian ini maka ditetapkan tindakan keperawatan diruangan MPKP untuk pasien dibagi dalam tiga kategori:
1. Keperawatan total: 6 jam
2. Keperawatan parsial: 4 jam
3. Keperawatan mandiri: 2 jam
Jumlah jam untuk tindakan keperawatan diatas dialokasikan untuk tindakan bagi individu pasien selama 24 jam, tidak termasuk tindakan keperawatan dalam bentuk kelompok dan ADL pasien.
Semua rincian waktu dan tindakan keperawatan diatas dibuatkan pedoman tindakan dan jadwal aktivitas per masalah keperawatan per sistem klasifikasi pasien. Diharapkan untuk selanjutnya perawat di ruamg MPKP memiliki panduan yang jelas dalam pemberian tindakan keperawatan untuk setiap pasien sesuai masalah keperawatan dan tingkat kebutuhan tindakan keperawatannya. Pedoman tindakan keperawatan dibuat untuk tindakan kepada pasien baik secara individual, kelompok, maupun yang terkait dengan aktivitas kehidupansehari-hari (ADL). Dengan adanya rincian kebutuhan waktu, diharapkan setiap perawat memiliki jadwal kegiatan harian untuk pasien masing-masing sehingga waktu kerja perawat menjadi lebih efektif dan efisien.
Selanjutnya semua tindakan keperawatan yang telah dilakukan oleh perawat didokumentasikan dalam format implementasi dan dievaluasi dengan menggunakan pendekatan SOAP (subjective, objective, analyses, planning). Disamping itu terkait dengan pendekatan SOAP setiap kali selesai berinteraksi dengan pasien, perawat memberikan penugasan atau kegiatan yang terkait dengan tindakan keperawatan yang telah dilakukan sebagai tindak lanjut. Penugasan atau kegiatan ini dimasukkan kedalam jadwal aktivitas pasien dan diklasifikasikan apakah tugas tersebut dilakukan secara mandiri (M), dengan bantuan sebagian (B), atau dengan bantuan total (T). Setiap hari kemampuan melakukan tugas atau aktivitas ini dievaluasi.
PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
Setiap melakukan pengkajian, tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat.
I. Identitas
- Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan Klien tentang : nama perawat, nama klien, panggilan perawat, panggilan klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik yang akan dibicarakan.
- Usia dan No RM Lihat RM
- Mahasiswa menuliskan sumber data yang didapat.
Tanyakan kepada klien / keluarga:
- Apa yang menyebabkan klien / keluarga datang ke Rumah Sakit saat ini ?
- Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga mengatasi masalah ini ?
- Bagaimana hasilnya ?
III. Faktor Predisposisi
- Tanyakan kepada Klien / keluarga apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu, bila ya beri tanda ” V ” pada kotak ” ya ” dan bila tidak beri tanda ” V ” pada kotak ” tidak “.
- Apabila pada poin 1 ” ya ” maka tanyakan bagaimana hasil pengobatan sebelumnya apabila dia dapat beradaptasi di masyarakat tanpa gejala – gejala gangguan jiwa maka beri tanda ” V ” pada kotak ” berhasil ” apabila dia dapat beradaptasi tapi masih ada gejala – gejala sisa maka beri tanda ” V ” pada kotak ” kurang berhasil ” apabila tidah ada kemajuan atau gejala – gejala bertambah atau menetap maka beri tanda ” V ” pada kotak ” tidak berhasil “.
- Tanyakan pada klien apakah klien pernah melakukan dan atau mengalami dan atau menyaksikan penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal, beri tanda ” V ” sesuai dengan penjelasan klien / keluarga apakah klien sebagai pelaku dan atau korban, dan atau saksi, maka beri tanda ” V ” pada kotak pertama, isi usia saat kejadian pada kotak ke dua. Jika klien pernah sebagai pelaku dan korban dan saksi ( 2 atau lebih ) tuliskan pada penjelasan: a. Beri penjelasan secara singkat dan jelas tentang kejadian yang dialami klien terkait No. 1,2,3. b. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.
- Tanyakan kepada klien / keluarga apakah ada anggota keluarga Iainnya yang mengalami gangguan jiwa, jika ada beri tanda ” V ” pada kotak ” ya ” dan jika tidak beri tanda ” V ” pada kotak ” tidak “.Apabila ada anggota keluarga lama yang mengalami gangguan jiwa maka tanyakan bagaimana hubungan klien dengan anggota keluarga tersebut. Tanyakan apa gejala yang dialami serta riwayat pengobatan dan perawatan yang pernah diberikan pada anggota keluarga tersebut.
- Tanyakan kepada klien/keluarga tentang pengalaman yang tidak menyenangkan (kegagalan, kehilangan/ perpisahan/ kematian, trauma selama tumbuh kembang) Yang pernah dialami klien pada masa lalu.
Pengkajian fisik difokuskan pada sistem dan fungsi organ;
1 Ukur dan observasi tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan klien.
2. Ukur tinggi badan dan berat badan klien.
3. Tanyakan kepada klien/keluarga, apakah ada keluhan fisik yang dirasakan oleh klien, bila ada beri tanda ” V ” di kotak ” ya ” dan bila ” tidak ” beri tanda ” V ” pada kotak tidak.
4. Kaji Iebih lanjut sistem dan fungsi organ dan jelaskan sesuai dengan keluhan yang ada.
5. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data yang ada.
V. Psikososial
1. Genogram
a. Buatlah genogram minimal tiga gcncrasi yang dapat menggambarkan hubungan klien dan keluarga. contoh
b. Jelaskan masalah yang terkait dengan komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
c. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.
2. Konsep diri
a. Gambaran diri
• Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai dan tidak disukai.
b. Identitas diri, tanyakan tentang
• Status dan posisi klien sebelum dirawat.
• Kepuasan klien terhadap status dan posisinya (sekolah, tempat kerja, keompok).
• Kepuasan klien sebagai laki-Iaki/perempuan.
c. Peran: Tanyakan,
• Tugas/ peran yang diemban dalam keluarga/kelompok/ masyarakat
• Kemampuan klien dalam melaksanakan tugas/ peran tersebut
d. Ideal diri : Tanyakan,
• Harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas/peran.
• Harapan klien terhadap lingkungan (keluarga, sekolah, tempat kerja, masyarakat)
• Harapan klien terhadap penyakitnya
e. Harga diri : Tanyakan,
• Hubungan klien dengan orang lain sesuai dengan kondisi no. 2 a, b, c, d.
• Penilaian/ penghargaan orang lain terhadap diri dan kehidupannya.
f. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.
3. Hubungan sosial
a, Tanyakan pada klien siapa orang yang berarti dalam kehidupannya, tempat
mengadu, tempat bicara, minta bantuan atau sokongan.
b. Tanyakan pada klien kelompok apa saja yang diikuti dalarn masyarakat.
c. Tanyakan pada klien sejauh mana ia terlibat dalam kelompok dimasyarakat. d Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : Tanyakan tentang:
• Pandangan dan keyakinan, terhadap gangguan jiwa sesuai dengan norma budaya dan agama yang dianut.
• Pandangan masyarakat setempat tentang gangguan jiwa.
b. Kegiatan ibadah : Tanyakan:
• Kegiatan ibadah dirumah secara individu dan kelompok.
• Pendapat klien/ keluarga tentang kegiatan ibadah.
c. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data
VI. Status Mental
Beri tanda ” V ” pada kotak sesuai dengan keadaan klien boleh lebih dari satu
1. Penampilan.
Data ini didapatkan melalui hasil observasi perawat / keluarga
a. Penampilan tidak rapih jika dari ujung rambut sampai ujung kaki ada yang tidak rapih. Misalnya : rambut acak-acakan, kancing baju tidak tepat, resleting tidak dikunci, baju terbalik, baju tidak diganti-ganti.
b. Penggunaan pakaian tidak sesuai misalnya : pakaian dalam, dipakai
diluar baju.
c. Cara berpakaian tidak seperti biasanya jika. penggunaan pakaian tidak tepat (waktu, tempat, identitas, situasi/ kondisi).
a. Jelaskann hal-hal yang ditampilkan klien dan kondisi lain yang tidak tercantum.
e. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.
2. Pembicaraan
a. Amati pembicaraan yang ditemukan pada klien, apakah cepat, keras,
gagap, membisu, apatis dan atau lambat
b. Bila pembicaraan berpindah-pindah dari satu kalimat ke kalimat lain yang tak ada kaitannya beri tanda ” V ” pada kotak inkoheren.
c. Jelaskan hal-hal yang tidak tercantum.
d. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.
3. Aktivitas motorik
Data ini didapatkan melalui hasil observasi perawat/ keluarga.
a. Lesu, tegang, gelisah sudah jelas.
b. Agitasi = gerakan motorik yang menunjukkan kegelisahan,
c. Tik = gerakan-gerakan kecil pada otot muka yang tidak terkontrol.
d. Grimasen = gerakan otot muka yang berubah-ubah yang tidak dapat
Dikontrol klien.
e. Tremor = jari- jari yang tampak gemetar ketika klien menjulurkan
tangan dan merentangkan jari-jari.
f. Kompulsif = kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dan seperti
berulang kali mencuci tangan, mencuci muka, mandi, mengeringkan tangan dan sebagainya.
g. Jelaskan aktivitas yang ditampilkan klien dan kondisi lain yang tidak tercantum.
h. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.
4. Alam perasaan.
Data ini didapatkan melalui hasil observasi perawat / keluarga.
a. Sedih, putus asa, gembira yang berlebihan sudah jelas
b. Ketakutan = objek yang ditakuti sudah jelas.
c. Khawatir = objeknya belum jelas.
d. Jelaskan kondisi klien yang tidak tercantum.
e. Masalah keperawatan ditulis sesuai data.
5. Afek
Data ini didapatkan melalui hasil observasi perawat/keluarga.
a. Datar = tidak ada perubahan roman muka pada saat ada stimulus yang
menyenangkan atau menyedihkan.
b. Tumpul = hanya bereaksi bila ada stimulus emosi yang kuat.
c. Labil = emosi yang cepat berubah-ubah.
d. Tidak sesuai = emosi yang tidak sesuai atau bertentangan dengan stimulus yang ada.
e. Jelaskan hal-hal yang tidak tercantum.
f. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.
6. lnteraksi selama wawancara
Data ini didapatkan melalui hasil wawancara dan observasi perawat dan keluarga
a Bermusuhan, tidak kooperatif, mudah tersinggung sudah jelas.
b. Kontak mata kurang – tidak mau menatap lawan bicara.
c. Defensif – selalu berusaha mempertahankan pendapat dan kebenaran
dirinya.
d. Curiga – menunjukan sikap/ perasaan tidak percaya pada orang lain
e. Jelaskan hal-hal yang tidak tercantum.
f. Masalah keperawatan sesuai dengan data.
7. Persepsi.
a. Jenis-jenis halusinasi sudah jelas, kecuali penghidu sama dengan penciuman.
b. Jelaskan isi halusinasi, frekuensi, gejala yang tampak pada saat klien
berhalusinasi.
c. Masalah keperawatan sesuai dengan data
8. Proses pikir
Data diperoleh dari observasi dan saat wawancara
a. Sirkumstansial : pembicaraan yang berbelit-belit tapi sampai pada tujuan pembicaraan.
b. Tangensial : pembicaraan yang berbelit-belit tapi tidak sampai pada tujuan.
c. Kehilangan asosiasi : pembicaraan tak ada hubungan antara satu kalimat dengan kalitnat lainnya, dan klien tidak menyadarinya.
d. Flight of ideas : pembicaraan.yang meloncat dari satu topik ke topik lainnya, masih ada hubungan yang tidak logis dan tidak sampai pada tujuan.
e. Bloking : pembicaraan terhenti tiba-tiba tanpa gangguan eksternal kemudian dilanjutkan kembali.
f. Perseverasi : pembicaraan yang diulang berkali-kali.
g. Jelaskan apa yang dikatakan oleh klien pada saat wawancara.
h. Masalah keperawatan sesuai dengan data.
9. lsi pikir.
Data didapatkan melalui wawancara.
a. Obsesi : pikiran yang selalu muncul walaupun klien berusaha menghilangkannya.
b. Phobia : ketakutan yang phatologis/ tidak logis terhadap objek/ situasi tertentu.
c. Hipokondria : keyakinan terhadap adanya gangguan organ dalam tubuh yang sebenarnya tidak ada.
d. Depersonalisasi : perasaan klien yang asing terhadap diri sendiri, orang atau lingkungan.
e. Ide yang terkait : keyakinan klien terhadap kejadian yang terjadi lingkungan yang bermakna dan terkait pada dirinya.
f. Pikiran magis : keyakinan klien tentang kemampuannya melakukan hal-hal yang mustahil/ diluar kemampuannya.
g. Waham.
• Agama : keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan dan diucapkan secara berulang tetapt tidak sesuai dengan kenyataan.
• Somatik : klien mempunyai keyakinan tentang tubuhnya dan dikatakan secara berulang yang tidak sesuai dengan kenyataan.
• Kebesaran : klien mempunyai keyakinan yang berlebihan terhadap kemampuannya yang disampaikan secara berulang yang tidak sesuai dengan kenyataan.
• Curiga : klien mempunyai keyakinan bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan atau mencederai dirinya yang disampaikan secara berulang dan tidak sesuai dengan kenyataan.
• Nihilistik : klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/ meninggal yang dinyatakan secara berulang yang tidak sesuai dengan kenyataan.
Waham yang bizar
• Sisip pikir : klien yakin ada ide pikiran orang lain yang disisipkan didalam pikiran yang disampaikan secara berulang dan tidak sesuai dengan kenyataan.
• siar pikir : klien yakin bahwa orang lain mengetahui apa yang dia pikirkan walaupun dia tidak menyatakan kepada orang tersebut yang dinyatakan secara berulang dan tidak sesuai dengan kenyataan.
• Kontrol pikir : klien yakin pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari luar.
h. Jelaskan apa yang dikatakan oleh klien pada saat wawancara.
i. Masalah keperawatan sesuai dengan data.
10. Tingkat kesadaran
Data tentang bingung dan sedasi diperoleh melalui wawancara dan observasi, stupor diperoleh melalui observasi, orientasi klien (waktu, tempat, orang) diperoleh melalui wawancara
a. Bingung . tampak bingung dan kacau.
b. Sedasi : mengatakan merasa melayang-layang antara sadar/ tidak sadar.
c. Stupor : gangguan motorik seperti kekakuan, gcrakan-gerakan yang diulang, anggota tubuh klien dapat dikatakan dalam sikap canggung dan dipertahankan klien, tapi klien mengerti semua yang terjadi dilingkungan.
d. Orientasi waktu, tempat, orang jelas
e. Jelaskan data objektif dan subjektif yang terkait hal-hal diatas.
f. Masalah keperawatan sesuai dengan data.
g. Jelaskan apa yang dikatakan oleh klien pada saat wawancara
11. Memori.
Data diperoleh melalui wawancara
a. Gangguan daya ingat jangka panjang : tidak dapat mengingat kejadian yang terjadi lebih dari satu bulan
b. Gangguan daya ingat jangka pendek : tidak dapat mengingat kejadian yang terjadi dalam minggu terakhir.
c. Gangguan daya ingat saat ini : tidak dapat mengingat kejadian yang baru saja terjadi.
d. Konfabulasi : pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan dengan memasukan cerita yang tidak benar untuk menutupi gangguan daya ingatnya.
e. Jelaskan sesuai dengan data terkait.
f. Masalah keperawatan sesuai dengan data
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Data diperoleh melalui wawancara
a. Mudah dialihkan : perhatian klien mudah berganti dari satu objek ke objek lain.
b. Tidak mampu berkonsentrasi : klien selalu minta agar pertanyaan diulang/ tidak dapat menjelaskan kembali pembicaraan.
c. Tidak mampu berhitung : tidak dapat melakukan penambahan/ pengurangan pada benda-benda nyata.
d. Jelaskan sesuai dengan data terkait.
e. Masalah keperawatan sesuai data.
13. Kemampuan penilaian
a. Gangguan kemampuan penilaian ringan: dapat mengambil keputusan yang sederhana dengan bantuan orang lain. Contoh : berikan kesempatan pada klien untuk memilih mandi dulu sebelum makan atau makan dulu sebelum mandi. Jika diberi penjelasan, klien dapat mengambil keputusan.
b. Gangguan kemampuan penilaian bermakna : tidak mampu mengambil keputusan walaupun dibantu orang lain. Contoh : berikan kesempatan pada klien untuk memilih mandi dulu sebelum makan atau makan dulu sebelum mandi. Jika diberi penjelasan klien masih tidak mampu mengambil keputusan.
c. Jelaskan sesuai dengan data terkait.
d. Masalah keperawatan sesuai dengan data.
14. Daya tilik diri
Data diperoleh melalui wawancara
a. Mengingkari penyakit yang diderita : tidak menyadari gejala penyakit (perubahan fisik, emosi) pada dirinya dan merasa tidak perlu pertolongan
b. Menyalahkan hal-hal diluar dirinya : menyalahkan orang lain/ lingkungan yang menyebabkan kondisi saat orang lain/ lingkungan yang menyebabkan kondisi saat ini.
c. Jelaskan dengan data terkait.
d Masalah keperawatan sesuai dengan data
VII. Kebutuhan Persiapan Pulang
1. Makan
a. Observasi dan tanyakan tentang frekuensi, jumlah, variasi, macam (suka/ tidak suka/ pantang) dan cara makan.
b. Observasi kemampuan klien dalam menyiapkan dan membersihkan alat makan.
2. BAB/BAK,
Observasi kemampuan klien untuk BAB / BAK.
- Pergi, menggunakan dan membersihkan WC
- Membersihkan diri dan merapikan pakaian
3. Mandi
a. Observasi dan tanyakan tentang frekuensi, cara mandi, menyikat gigi, cuci rambut, gunting kuku, cukur (kumis, jenggot dan rambut)
b. Observasi kebersihan tubuh dan bau badan.
4. Berpakaian
a. Observasi kemampuan klien dalam mengambil, memilih dan mengenakan pakaian dan alas kaki.
b. Observasi penampilan dandanan klien.
c. Tanyakan dan observasi frekuensi ganti pakaian.
d. Nilai kemampuan yang harus dimiliki klien: mengambil, memilih dan mengenakan pakaian.
5. lstirahat dan tidur
Observasi dan tanyakan tentang:
- Lama dan waktu tidur siang / tidur malam
- Persiapan sebelum tidur seperti: menyikat gigi, cuci kaki dan berdoa.
- Kegiatan sesudah tidur, seperti: merapikan tempat tidur, mandi/ cuci muka dan menyikat gigi.
6. Penggunaan obat
Observasi dan tanyakan kepada klien dan keluarga tentang:
- Penggunaan obat: frekuensi, jenis, dosis, waktu dan cara.
- Reaksi obat.
7. Pemeliharaan kesehatan
Tanyakan kepada klien dan keluarga tentang:
– Apa, bagaimana, kapan dan kemana, perawatan dan pengobatan lanjut.
– Siapa saja sistem pendukung yang dimiliki (keluarga, teman, institusi dan lembaga pelayanan kesehatan) dan cara penggunaannya.
8. Kegiatan di dalam rumah
Tanyakan kemampuan klien dalam:
- Merencanakan, mengolah dan menyajikan makanan
- Merapikan rumah (kamar tidur, dapur, menyapu, mengepel).
- Mencuci pakaian sendiri
– Mengatur kebutuhan biaya sehari-hari
9. Kegiatan di luar rumah
Tanyakan kemampuan klien
- Belanja untuk keperluan sehari-hari
– Dalam melakukan perjalanan mandiri dengan jalan kaki, menggunakan kendaraan pribadi, kendaraan umum)
- Kegiatan lain yang dilakukan klien di luar rumah (bayar listrik/ telpon/ air, kantor pos dan bank).
VIII. Mekanisme Koping
Data didapat melalui wawancara pada klien atau keluarganya. Beri tanda “V” pada kotak koping yang dimiliki klien, baik adaptif maupun maladaptif.
IX. Masalah Psikososial dan Lingkungan
Data didapatkan melalui wawancara pada kilen atau keluarganya. Pada tiap masalah yang dimiliki klien beri uraian spesifik, singkat dan jelas.
X. Pengetahun
Data didapatkan melalui wawancara pada klien. Pada tiap item yang dimiliki oleh klien simpulkan dalam masalah.
XI. Aspek Medik
Tuliskan diagnosa medik klien yang telah dirumuskan oleh dokter yang merawat. Tuliskan obat-obatan klien saat ini, baik obat fisik, psikofarmaka dan terapi lain.
XII. Daftar Diagnosis Keperawatan
1. Rumuskan diagnosis dengan rumusan P (permasalahan) dan E (etiologi) berdasarkan pohon masalah
2. Urutkan diagnosis sesuai dengan prioritas.
Pada akhir pengkajian, tulis tempat dan tanggal pengkajian serta tanda tangan dan nama jelas mahasiswa.
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN (Contoh)
KLIEN DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH
Nama Klien : …………………… DX Medis : …………………..
RM No. : ……………………
Tgl No Dx Dx Keperawatan Perencanaan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Gangguan konsep diri : Harga diri rendah. TUM:
Klien mempunyai harga diri
TUK:
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
1. Setelah … kali interaksi, klien menunjukkan eskpresi wajah bersahabat, menun-jukkan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, klien mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
1. Bina hubungan saling percaya dengan meng-gunakan prinsip komunikasi terapeutik :
§ Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal.
§ Perkenalkan diri dengan sopan.
§ Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien.
§ Jelaskan tujuan pertemuan.
§ Jujur dan menepati janji.
§ Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
§ Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar klien.
2. Klien dapat mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang dimiliki. 2. Setelah … kali interaksi klien menyebutkan:
o Aspek positif dan kemampuan yang dimiliki klien.
o Aspek positif keluarga.
o Aspek positif lingkung-an klien. 2.1. Diskusikan dengan klien tentang:
§ Aspek positif yang dimiliki klien, keluarga, lingkungan.
§ Kemampuan yang dimiliki klien.
2.2 Bersama klien buat daftar tentang:
§ Aspek positif klien, keluarga, lingkungan.
§ Kemampuan yang dimiliki klien.
2.3. Beri pujian yang realistis, hindarkan memberi penilaian negatif.
Tgl No Dx Dx Keperawatan Perencanaan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
3. Klien dapat me-nilai kemampuan yang dimiliki un-tuk dilaksanakan 3. Setelah … kali interaksi klien menyebutkan kemampuan yang dapat dilaksanakan.
3.1. Diskusikan dengan klien kemampuan yang dapat dilaksanakan.
3.2. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan pelaksanaannya.
4. Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki 4. Setelah … kali interaksi klien membuat rencana kegiatan harian
4.1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan klien:
§ kegiatan mandiri.
§ kegiatan dengan bantuan.
4.2. Tingkatkan kegiatan sesuai kondisi klien.
4.3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien lakukan.
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai rencana yang dibuat. 5. Setelah … kali interaksi klien melakukan kegiatan sesuai jadual yang dibuat.
Anjurkan klien untuk melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan.
Pantau kegiatan yang dilaksanakan klien.
Beri pujian atas usaha yang dilakukan klien.
Diskusikan kemungkinan pelaksanaan kegiatan setelah pulang.
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendu-kung yang ada. 6. Setelah … kali interaksi klien memanfaatkan sistem pendukung yang ada di keluarga.
6.1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah.
6.2. Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien di rawat.
6.3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
CATATAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA DI RSJ/ RSU
Nama : RM No.:
DIAGNOSIS TINDAKAN
KEPERAWATAN EVALUASI
Catatan: form ini digunakan untuk di rumah sakit jiwa
PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN FORMULIR
CATATAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA DI RSJ/ RSU
1. Kolom diagnosis
2. Tulis nomor dan rumusan diagnosa
3. Kolom implementasi
4. Tulis tanggal dan jam dilakukannya tindakan
5. Tulis semua tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan rencana:
• Tindakan perawat
• Tindakan perawat bersama klien
• Tindakan perawat bersama keluarga.
• Tindakan perawat bersama klien dan keluarga.
• Tindakan perawat menyiapkan lingkungan keluarga.
• Tindakan rujukan keperawataa
6. Kolom evaluasi.
a. Tulis semua respons klien/keluarga terhadap tindakan yang telah dilaksanakan, baik objektif maupun subjektif.
b. Analisa respons klien dengan mengaitkan pada diagnosa, data, dan tujuan jika ditemukan masalah baru maka dituliskan apakah akan dirumuskan diagnosa baru
c. Tuliskan rencana lanjutan, dapat berupa:
• Rencana kegiatan untuk pasien sesuai dengan tindakan yang telah dilakukan¬
• Merencanakan tindakan perawat untuk pertemuan berikut
7. Tulis nama jelas dan tanda tangan setiap selesai melaksanakan tindakan dan evaluasi
B. Keperawatan Gerontik dan terminal
A PERAWATAN TERMINAL
1. DEFINISI
Keadaan terminal adalah suatu keadaan sakit di mana menurut akal sehat tidak ada harapan lagi bagi si sakit untuk sembuh. Keadaan sakit itu dapat disebabkan oleh suatu penyakit atau suatu kecelakaan. 3
2. TUJUAN
Ketika tidak mungkin untuk mencegah pasien meninggal, dan perawatan medis tidak mungkin lagi atau tidak lagi bermanfaat, perawat memberikan perawatan penunjang pada pasien dan keluarga. Tujuan utama perawatan ini adalah untuk :
• Mempertahankan pasien nyaman dan bebas nyeri
• Membuat hari-hari akhir pasien sebaik mungkin untuk pasien maupun keluarga, dengan sedikit mungkin penderitaan
• Membantu pasien meninggal dengan damai
• Memberikan kenyamanan bagi keluarga
Penting bagi perawat yang merawat pasien menjelang ajal menyadari perasaan merekan sendiri tentang kematian dan tentang pasien mereka. Sulit untuk melihat orang yang telah anda rawat meninggal. Khususnya sulit bila anak atau orang muda yang meninggal. Maka dari itu kita sebgai perawat perlu saling memberi kenyamanan dan mendukung dalam perawatan terhadap orang menjelang ajal. 4
3. INDIKASI
Perawatan terminal ditujukan bagi pasien-pasien sekarat, yang semakin mendekati ajal atau kematian, yang secara logis tidak akan sembuh.
B SEKARAT (DYING) DAN KEMATIAN (DEATH)
Sekarat (dying) merupakan suatu kondisi pasien saat sedang menghadapi kematian, yang memiliki berbagi hal dan harapan tertentu untuk meninggal. Kematian secara klinis merupakan kondisi terhentinya pernapasan, nadi, dan tekanan darah serta hilangnya respon terhadap stimulus eksternal, ditandai dengan aktivitas listrik otak terhenti. Dengan perkataan lain, kematian merupakan kondisi terhentinya fungsi jantung, paru-paru, dan kerja otak secara menetap. Sekarat dan kematian memiliki proses atau tahapan yang sama seperti pada kehilangan dan berduka. Tahapan tersebut sesuai dengan tahapan Kubler-Ross, yaitu diawali dengan penolakan, kemarahan, tawar-menawar, depresi dan penerimaan. 5
Tahapan menjelang ajal
Elisabeth Kubler-Ross, seorang ahli kejiwaan dari Amerika, menjelaskan secara mendalam respon individu dalam menghadapi kematian. Secara umum ia membedakan respon tersebut menjadi lima fase, yaitu penyangkalan dan isolasi, marah, tawar-menawar, depresi dan penerimaan. Berdasarkan pandangannya, Kubler-Ross menyatakan bahwa respon tersebut.
• Tidak selamanya berurutan secara tetap
• Dapat tumang tindih
• Lama tiap tahap bervariasi
• Perlu perhatian perawat secara penuh dan cermat. 6
Ada lima fase menjelang kematian menurut Kubler-Ross:
1. Penyangkalan dan isolasi. Karakteristiknya antara lain:
• Menunjukkan reaksi penyangkalan secara verbal, “ tidak, bukan saya. Itu tidak mungkin.”
• Secara tidak langsung pasien ingin mengatakan bahwa maut menimpa semua orang kecuali dia.
• Merepresi kenyataan
• Mengisolasi diri dari kenyataan
• Tidak memperhatikan fakta-fakta yang dijelaskan padanya.
• Mensupresi kenyataan
• Meminta penguatan dari orang lain untuk penolakannya
• Gelisah dan cemas. 6
Tugas perawat pada tahap ini adalah:
• Membina hubungan saling percaya
• Memberikan kesempatan pada klien untuk mengekspresikan dirinya
• Melakukan dialog di saat klien siap, dan menghentikannya ketika klien tidak mampu menghadapi kenyataan
• Mendengarkan klien dengan penuh perhatian 6
2. Marah. Karakteristiknya antara lain:
• Mengekspresikan kemarahan dan permusuhan.
• Menunjukkan kemarahan, kebencian, perasaan gusar, dan cemburu.
• Emosi tidak terkendali.
• Apapun yang dilihat atau dirasa akan menimbulkan keluhan pada diri individu.
• Menyalahkan takdir
• Kemungkinan akan mencela setiap orang dan segala hal yang berlaku. 6
Tugas perawat adalah:
• Menerima kondisi klien.
• Berhati-hati dalam memberikan penilaian, mengenali kemarahan dan emosi yang tidak terkendali.
• Membiarkan klien mengungkapkan kemarahannya.
• Menjaga agar tidak terjadi kemarahan dekstruktif dan melibatkan keluarga. 6
3. Tawar-menawar. Karakteristiknya antara lain:
• Kemarahan mulai mereda.
• Melakukan tawar-menawar/barter, misalnya untuk menunda kematian.
• Mempunyai harapan dan keinginan
• Terkesan sudah menerima kenyataan
• Berjanji pada tuhan untuk menjadi manusia yang lebih baik
• Cenderung membereskan segala urusan.
Tugas perawat adalah: sedapat mungkin berupaya agar keinginan klien terpenuhi. 6
4. Depresi. Karakteristiknya antara lain:
• Mengalami proses berkabung karena dulu ditinggalkan dan sekarang akan kehilangan nyawa sendiri.
• Cenderung tidak banyak bicara, sering menangis.
• Klien berada pada proses kehilangan segala hal yang ia cintai. 6
Tugas perawat adalah:
• Duduk tenang disamping klien.
• Member klien kesempatan untuk mengungkapkan perasaanya.
• Tidak terus-menerus memaksa klien melihat sisi terang suatu keadaan.
• Memberi dukungan dan perhatian pada klien (misalnya, sentuhan tangan dan usapan pada rambut) . 6
5. Penerimaan. Karakteristiknya antara lain:
• Mampu menerima kenyataan.
• Merasakan kedamaian dan ketenangan.
• Respon verbal “ biarlah maut cepat mengambilku, karena aku sudah siap.”
• Merenungkan saat-saat akhir dengan pengharapan tertentu.
• Sering merasa lelah dan memerlukan tidur lebih banyak.
• Tahap ini bukan tahap yang bahagia, namun lebih mirip perasaan yang hampa. 6
Tugas perawat adalah:
• Mendampingi klien.
• Menenangkan klien dan meyakinkannya bahwa Anda akan mendampinginya sampai akhir.
• Membiarkan klien mengetahui perihal yang terjadi pada dirinya.
Upaya yang dapat perawat lakukan ketika klien melalui kelima tahap tersebut adalah menjadi katalisator agar klien dapat mencapai tahap akhir. Upaya tersebut antara lain dilakukan dengan mengenali dan memenuhi kebutuhan klien, mendorong dan memberikan klien kesempatan untuk berbicara dan mengungkapkan emosinya secara bebas, selalu siap membantu klien, dan menghormati perilaku klien. 6
Dampak sakit
Penyakit yang diderita klien dapat berdampak khusus pada klien maupun keluarga. Secara umum, dampak sakit pada klien dan keluarga dapat dilihat pada table beriku: 6
Klien keluarga
Menderita sampai saat kematian tiba; memerlukan bantuan dan dukungan dalam melewati masa-masa tersebut.v
Memutuskan perawatan yang akan dijalaniv
v Mendapatkan dukungan untuk setiap keputusan yang diambilnya. Dengan kata lain ada kecenderungan keluarga untuk memenuhi semua keinginannya.
Berpartisipasi aktif dalam perawatan untuk penyembuhan klien.v
Memperoleh dukungan dan perhatian selama proses berduka.v
Pandangan tentang kematian
Seiring waktu, pandangan masyarakat tentang kematian telah mengalami perubahan. Dahulu kematian cenderung dianggap sebagai hal yang menakutkan dan tabu. Kini, kematian telah dipandang sebagai hal yang wajar dan merupakan proses normal kehidupan. 6
Dulu Sekarang
Tragis dan memilukanv
Tabu untuk dibicarakanv
Menimbulkan sindrom kesedihan dan ketakutanv
Selamanya tidak disukai.v
Anak-anak tidak perlu mengetahuiv
Timbul karena perilaku buruk, pertengkaran, pembalasan, dan hukuman.v
Menjadi hal yang patut dibicarakan.v Harus disertai dengan “niyahah”. v
Merupakan prose salami kehidupanv
Tidak menakutkanv
Lebih rasional dan bijak dalam menghadapinya.v
Merupakan proses yang progresif.v
Sesuatu yang harus dihadapiv
Tanda-tanda kematian
Tanda-tanda kematian terbagi dalam tiga tahap, yakni menjelang kematian,saat kematian, dan setelah kematian.
1. Mendekati kematian. Tanda-tanda fisik menjelang kematian meliputi:
a. Penurunan tonus otot
• Gerakan ekstremitas berangsur-angsur menghilang, khususnya pada kaki dan ujung kaki
• Sulit berbicara
• Tubuh semakin melemah
• Aktivitas saluran pencernaan menurun sehingga perut membuncit
• Otot rahang dan muka mengendur
• Rahang bawah cenderung turun
• Sulit menelan, refleks gerakan menurun
• Mata sedikit terbuka 6
b. Sirkulasi melemah
• Suhu tubuh pasien tinggi, tetapi kaki, tangan, dan ujung hidung pasien terasa dingin dan lembap
• Kulit ekstremitas dan ujung hidung tampak kebiruan, kelabu, atau pucat
• Nadi mulai tidak teratur, lemah dan cepat
• Tekanan darah menurun
• Peredaran darah perifer terhenti
c. Kegagalan fungsi sensorik
• Sensasi nyeri menurun atau hilang
• Pandangan mata kabur/berkabut
• Kemampuan indera berangsur-angsur menurun
• Sensasi panas, lapar, dingin dan tajam menurun
d. Penurunan /kegagalan fungsi pernapasan
• Mengorok (death rattle)/ bunyi napas terdengar kasar
• Pernapasan tidak teratur dan berlangsung melalui mulut
• Pernapasan Cheyne Stokes 6
2. Saat kematian
a. Terhentinya pernapasan, nadi, tekanan darah, dan fungsi otak (tidak berfungsinya paru, jantung dan otak)
b. Hilangnya respon terhadap stimulus eksternal
c. Hilangnya kontrol atas sfingter kandung kemih dan rectum (inkontinensia) akibat peredaran darah yang terhambat; kaki dan ujung hidung menjadi dingin.
d. Hilangnya kemampuan pancaindera; hanya indera pendengaran yang paling lama dapat berfungsi
e. Adanya garis datar pada mesin elektroensefalografi menunjukkan terhentinya aktivitas listrik otak untuk penilaian pasti suatu kematian. 6
3. Setelah kematian. Fase ini ditandai dengan:
a. Livor mortis (lebam mayat)
Merupakan bercak merah-ungu(livide) pada bagian terbawah tubuh karena penumpukan eritrosit pada lokasi terenda akibat pengaruh gravitasi, kecuali bagian tubuh ynang tertekan alas keras. Mulai tampak 20-30 menit pascamati, makin lama makin luas dan lengkap, akhirnya menetap setelah 8-12 jam. 7
b. Rigor mortis (kaku mayat)
Terjadi bila cadangan glikogen dalam otot habis maka energy tidak terbentuk dan aktin-miosin menggumpal sehingga otot menjadi kaku. Pemeriksaan kaku mayat dilakukan pada persendian, mulai tampak 2 jam setelah mati klinis, arahnya sentripetal(dari luar ke dalam), menjadi lengkap dalam 12 jam, dipertahankan selama 12 jam, kemudian menghilang sesuai urutan terbentuknya. 7
Faktor yang mempercepat terjadinya kaku mayat diantaranya aktivitas fisik prakematian, suhu tubuh yang tinggi, tubuh kurus, suhu lingkungan tinggi. Kaku mayat merupakan tanda pasti kematian dan dapat digunakan untuk menentukan saat kematian. 7
c. Algor mortis (penurunan suhu tubuh)
Terjadi karena proses pemindahan panas dari tubuh yang panas ke lingkungan yang lebih dingin dengan cara radiasi, konduksi, evaporasi, dan konveksi. Penurunan suhu tubuh lebih cepat terjadi pada suhu sekeliling yang rendah, lingkungan berangin dengan kelembaban rendah, tubuh kurus, posisi telentang, tidak berpakaian/tipis, umumnya orang tua dan anak kecil. Berguna untuk penghitungan saat kematian. 7
d. Dekomposisi (pembusukan)
Merupakan proses degradasi jaringan akibat autolysis dan kerja bakteri. Pembusukan mulai tampak kira-kira 24 jam pascamati berupa perubahan warna kehijauan pada perut kanan bawah yang secara bertahap menyebar ke seluruh perut dan dada, menyertai terciumnya bau busuk. Pembuluh darah bawah kulit akan melebar, hijau kehitaman, kemudian kulit ari terkelupas/menggelembung, lama-lama gas menyebabkan pembengkakan tubuh menyeluruh, terutama pada jaringan longgar. Rambut dan kuku mudah dicabut, seluruh wajah membengkak warna ungu kehijauan. Kira-kira 36-48 jam pascamati akan dijumpai larva lalat. 7
e. Adiposera (lilin mayat)
Adalah perubahan postmortem berupa terbentuknya bahan yang berwarna keputihah, lunak, atau berminyak, berbau tengik dalam jaringan lunak tubuh pascamati. Terbebtuk di sembarang lemak tubuh, tetapi lemak superficial yang pertama kali terkena. Adiposera akan membuat tubuh utuh hingga bertahun-tahun sehingga identifikasi mayat dan luka masih dapat dilakukan lama setelah kematian. 7
f. Mumifikasi
Proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yang cukup cepat sehingga terjadi pengeringan jaringan yang selanjutnya dapat menghentikan pembusukan. Jaringan berubah menjadi keras dan kering, keriput, gelap, dan tidak membusuk. Terjadi pada suhu hangat, kelembaban rendah, aliran udara yang baik, tubuh yang dehidrasi dan waktu yang lama (12-14) minggu. 7
Perawatan Jenazah
1. Tempatkan dan atur jenazah pada posisi anatomis.
2. Singkirkan pakaian.
3. Lepaskan semua alat kesehatan.
4. Bersihkan tubuh dari noda dan kotoran.
5. Tempatkan kedua tangan jenazah di atas abdomen dan ikat pergelangannya (bergantung dari kepercayaan atau agama)
6. Tempatkan satu bantal di bawah kepala.
7. Tutup kelopak mata, jika tidak ada tutup, bisa menggunakan kapas basah.
8. Katupkan rahang atau mulut, kemudian ikat dan letakkan gulungan handuk di bawah dagu.
9. Letakkan alas di bawah glutea.
10. Tutup sampai sebatas bahu, kepala ditutup demgan kain tipis.
11. Catat semua milik pasien dan berikan pada keluarga.
12. Beri kartu atau tanda pengenal.
13. Bungkus jenazah dengan kain panjang. 5
Perawatan jenazah yang akan diotopsi
1. Ikuti prosedur rumah sakit dan jangan lepas alat kesehatan.
2. Beri label pada pembungkus jenazah.
3. Beri label pada alat protesis yang digunakan.
4. Tempatkan jenazah pada lemari pendingin. 5
Perawatan terhadap keluarga
1. Dengarkan ekspresi keluarga
2. Beri kesempatan keluarga untuk bersama dengan jenazah beberapa saat.
3. Siapkan ruangan khusus untun berduka.
4. Bantu keluarga untuk membuat keputusan dan perencanaan pada jenazah.
5. Beri dukungan jika terjadi disfungsi berduka. 5
C ASUHAN KEPERAWATAN MENJELANG AJAL DAN KEMATIAN
1. Pengkajian
Pada kasus ini perawat mengkaji seluruh data baik subjektif maupun objektif yang berhubungan dengan proses menjelang ajal dan kematian. Ini bisa dipelajari dari tanda-tanda yang muncul dari proses tersebut sesuai dengan tahapannya. Pengkajian dilakukan secara cermat dengan mengamati tanda-tanda klinis kilen antara lain:
Fisik
Pengkajian fisik meliputi pengkajian menjelang, mendekati, dan saat kematian. 6,8
• Menjelang kematian
Adanya tanda klinis saat menghadapi kematian (sekarat) :
a. Hilangnya tonus otot
b. Relaksasi otot wajah
c. Kesulitan untuk berbicara
d. Kesulitan menelan
e. Penurunan aktifitas gastrointestinal
f. Melemahnya tanda sirkulasi
g. Terjadi sianosis pada ekstremitas
h. Kulit teraba dingin
i. Nadi lambat & lemah
j. Penurunan TD
k. Pernafasan tdk teratur melalui mulut
l. Pandangan kabur
m. Menurunnya tingkat kesadaran
• Mendekati kematian
Pada tahap ini, manifestasi klinis yang bisa diamati pada klien meliputi:
a. Pupil berdilatasi
b. Refleks menghilang
c. Frekuensi nadi meningkat, kemudian menurun
d. Pernapasan Cheyne Stokes
e. Tidak bisa bergerak
f. Klien mengorok atau bunyi napas terdengar kasar
g. Tekanan darah menurun 6
• Kematian
Pada tahap ini, manifestasi klinis yang dapat diamati pada klien meliputi:
a. Pernapasan, nadi dan tekanan darah terhenti
b. Hilangnya respon terhadap stimulus eksternal
c. Pergerakan otot sudah tidak ada
d. Pada ensefalogram datar (garis otak) berarti aktivitas listrik otak terhenti 6
2. Diagnosis
Serangkaian diagnosis untuk memenuhi kebutuhan psikologis maupun psikososial dapat diterapkan pada klien yang mendekati kematian, bergantung pada hasil pengkajiannya. Beberapa diagnosis yang mungkin sesuai untuk klien tersebut adalah Ketakutan, keputusasan, dan Ketidakberdayaan. 6
3. Perencanaan dan implementasi
1. Ketakutan
Intervensi umum
• kaji faktor penyebab
• kurangi atau hilangkan faktor penyebab
• dorong klien untuk mengungkapkan perasaanya
• beri masukan tentang perasaan yang diungkapkan klien
• dorong klien untuk menggumakan mekanisme koping yang efektif
• dorong klien untuk menceritakan masalahnya kepada orang lain
• dorong klien untuk menghadapi ketakutannya
• hadirkan suasana yang tidak mengancam secara emosional
• identifikasi aktivitas yang dapat menyalurkan energy emosionalnya guna mengurangi ketakutan klien 6
Rasional
• perasaan aman akan meningkat ketika individu bercermin dari individu lain yang telah berhasil mengatasi situasi menakutkan yang serupa
• individu pendukung dan mekanisme koping merupakan sarana yang penting untuk mengurangi kecemasan
• meminimalkan stimulus lingkungan dapat membantu mengurangi ketakutan
• dialog yang jujur dan terbuka dapat membantu upaya pemecahan masalah yang konstruktif dan dapat memberikan harapan
• aktivitas fisik membantu mengarahkan dan meredakan ketegangan.6
2. keputusasaan
Intervensi umum:
• bantu klien mengidentifikasi dan mengungkapkan perasaanya
• dengarkan klien dengan saksama dan perlakukan ia sebagai seorang individu
• tunjukkan sikap empati agar klien bersedia mengutarakan keraguan, ketakutan dan kekhawatirannya
• dorong klien untuk menceritakan bagaimana harapan menjadi ketidakpastian dalam hidupnya dan saar-saat ketika harapan telah mengecewakannya
• bantu klien mengidentifikasi hal-hal yang menyenangkan dan hal-hal yang mereka anggap sebagai humor
• bantu klien mengidentifikasi sumber-sumber harapan
• bantu klien dalam memecahkan masalah dan mengambil keputusan
• hargai klien sebagai pengambil keputusan yang kompeten; hargai keinginan dan keputusan yang di ambil klien
• dorong klien menggunakan teknik relaksasi sebelum menghadapi peristiwa stress yang telah diperkirakan sebelumnya
• ajarkan klien untuk menjadi manusia yang terbaik hari ini dan menghargai setiap waktu yang ada
• libatkan keluaga dan orang-orang terdekat kilen dalam rencana perawatan
• hargai dan dukung harapan klien terhadap tuhan dan bantu ia mengekspresikan keyakinan spiritualnya. 6
Rasional
• harapan terkait dengan bantuan yang diberikan orang lain.
• Harapan terbukti berkaitan langsung dengan kualitas hubungan seseorang dengan orang lain.
• Harapan dianggap mampu mempengaruhi kesehatan fisik, psikologis, dan spiritual individu.
• Mempertahankan peran dan tanggung jawab keluarga penting untuk menumbuhkan harapan dan koping.
• Hiburan, humor, dan mengingat kembali kenangan-kenangan lama dapat meningkatkan harapan pada individu yang menderita penyakit terminal
• Harapan yang diberikan oleh anggota keluarga dapat menularkan pada klien.
• Individu yang pernah mengalami keputusasaan tidak dapat membayangkan sesuatu apapun yang dapat dilakukan atau berharga untuk dilakukan, tidak pula membayangkan hal di luar peristiwa yang tengah terjadi.
• Individu dapat berkoping dengan bagian hidupnya yang ia pandang sebagai keputusasaan jika ia mampu menyadari bahwa ada banyak factor dalam hidupnya yang penuh dengan harapan hidup. 6
4. Evaluasi
Meskipun penyelesaian proses duka cita membutuhkan waktu beberapa bulan atau tahun, sebagian besar klien berada di bawah perawatan perawat hanya dalam waktu singkat.perawat mungkin menjadi frustasi ketika klien atau keluarganya mulai mengespresikan dukacita, klien meninggalkan institusi perawatan kesehatan atau meninggal. Berduka adalah proses individual, resolusi kehilangan tidak mengikuti urutan proses. Penring artinya bagi klien untuk mendiskusikan atau berbagi pengalaman dengan orang terdekat. Tujuan yang ditetapkan bersama klien dan keluarganya menjadi dasar untuk evaluasi; misalnya, jika salah satu tujuan adalah agar klien mengomunikasikan rasa cinta dan kasihnya kepada keluarga, maka perawat mengepaluasi apakah hal ini telah terjadi dalam bentuk verbal atau tertulis. Perawat juga mengamati kualitas interaksi. 1
Tujuan Tindakan evaluative Hasil yang diharapkan
Klien mengalami peredaan dari maladaftif berduka atau menunjukkan tidak terdapatnya reaksi emosional dalam 2 bulanv
Observasi klien yang mendiskusikan kehilangan dengan orang terdekatv
Observasi perilaku klien, minta klien menceritakan perasaan kehilangan.v
Klien menghargai kesadaran tentang kehilangan dalam satu minggu.v
Klien mengekspresikan pikiran dan perasaan yang berhubungan dengan kehilangan dalam 2 minggu.v
Amati penampilan dan kebiasaan berdandang klienv Klien mencapai kembali rasa harga diri dalam 2 bulan v
Amati keinginan klien untuk berinteraksi dengan orang lainv
Klien mempertahankan penampilan yang rapi dan berdandang dengan baik.v
Klien memulai diskusi dengan perawat dan keluarga tentang masa depanv
v vKlien kembali menjalani rutinitas kehidupan sehari-hari dalam 2 minggu Amati keterlibatan klien dalam aktivitas perawatan diri.
Minta klien untuk mendiskusikan rencanav
Evaluasi tingkat partisipasi klien dalam aktivitasv
Evaluasi tingkat partisivasi klien dalam aktivitas social dengan keluargav
Klien menjalankan kembali aktivitas perawatan diriv
Klien mengungkapkan keputusan tentang perawatanv
Klien berpartisipasi lebih banyak dalam aktivitas sosialv
Perawatan klien menjelang ajal mengharuskan perawat mengevaluasi tingkat kenyamanan klien dengan penyakit dan kualitas hidupnya.keberhasilan evaluasi bergantung sebagian pada ikatan yang terbentuk dengan klien. Kecuali klien mempercayai perawat, mengepresikan dari perasaan dan kekhawatiran yang sebenarnya tidak mungkin terjadi. Tingkat kenyamanan klien dievaluasi dengan dasar hasil seperti penurunan nyeri, control gejala, pemeliharaan fungsi system tubuh, penyelesaian tugas yang belum terselesaikan, dan ketenangan emosional. 1
Langganan:
Postingan (Atom)